Kicauan Burung di Arena Roulette: Sebuah Simfoni tentang Kebebasan

## Bayangan Masa Lalu Menyertai Putaran Roulette: Kisah Penyesalan dan Harapan

Asap rokok menggantung pekat di udara, bercampur dengan aroma parfum murahan dan keputusasaan yang tak terucap. Di sudut ruangan remang-remang, seorang lelaki tua duduk terpaku di depan meja roulette. Matanya yang cekung, dibingkai kerutan waktu dan penyesalan, mengikuti laju bola kecil yang berputar tak tentu arah. Setiap putaran adalah tarian antara harapan semu dan bayang-bayang masa lalu yang tak henti menghantuinya.

Namanya Pak Budi, meskipun usianya tak lagi mencerminkan semangat seorang “budi”. Kehidupannya kini tak ubahnya serpihan keping roulette, berputar tanpa kendali, terombang-ambing oleh nasib dan pilihan-pilihan yang dia sesali. Dulu, dia adalah seorang guru, panutan bagi murid-muridnya, sosok yang dihormati di desanya. Namun, semua itu sirna ketika candu judi merasuk ke dalam relung jiwanya.

Awalnya hanya iseng, pelarian sesaat dari rutinitas hidup yang terasa monoton. Namun, seperti api yang menjilat daun kering, candu itu membesar, melahap setiap sisi kehidupannya. Uang tabungan, harta benda, bahkan rumah yang dibangun dengan susah payah, lenyap ditelan kerakusan yang tak berujung.

Pak Budi teringat dengan jelas tatapan kecewa istrinya, air mata yang tak henti mengalir di pipi keriputnya ketika dia terpaksa menjual kalung pernikahan mereka. Kenangan itu seperti duri yang terus menusuk-nusuk hatinya, meninggalkan luka menganga yang tak kunjung sembuh. Dia kehilangan segalanya, termasuk restu dan kasih sayang dari anak-anaknya.

Kini, yang tersisa hanyalah penyesalan dan bayangan masa lalu yang terus menghantuinya. Setiap kali bola roulette berputar, wajah-wajah yang disayanginya melintas di benaknya. Senyum ceria anak-anaknya, tatapan penuh cinta istrinya, dan rasa hormat dari para muridnya, kini berganti menjadi tatapan kecewa dan amarah yang membakar jiwanya.

Namun, di tengah lautan penyesalan itu, masih tersisa secercah harapan kecil yang berkelap-kelip di dalam hatinya. Harapan untuk menebus kesalahan, untuk bangkit dari keterpurukan, untuk kembali merasakan hangatnya kasih sayang keluarga.

Setiap kali dia hendak menyerah pada keputusasaan, bayangan wajah cucu perempuannya yang masih kecil, hadir menyapa dalam benaknya. Senyum polos dan tawa renyah sang cucu, menjadi pelipur lara, mengingatkannya bahwa hidup ini harus terus berjalan.

Malam itu, di bawah temaram lampu casino yang redup, Pak Budi memejamkan matanya. Jemarinya yang keriput menggenggam erat sebuah koin, satu-satunya harta yang tersisa. Ini bukan lagi tentang menang atau kalah, ini tentang kesempatan kedua, tentang menebus kesalahan, tentang meraih kembali arti kehidupan yang telah lama hilang.

Bola roulette kembali berputar, dan bersama putaran itu, Pak Budi menitipkan secercah harapan di antara bayang-bayang masa lalunya. Masih adakah kesempatan untuk menebus kesalahan di sisa usianya? Hanya waktu yang bisa menjawab, seiring putaran roulette yang tak pernah berhenti berputar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *